Tampilkan postingan dengan label sajak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sajak. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 Agustus 2021

PERNAH JADI BAGIAN TERBURUK HIDUP ORANG LAIN

 



Pernah ada di posisi ini? 

Padahal kita merasa kalau selama ini hubungan kita baik-baik saja dengan seseorang, bahkan setiap kenangannya sangat berharga. Tapi ternyata tidak untuk pasangan kita. 

Kaget juga ya, satu kisah bisa berbeda di dua kepala. Kau yang bilang bersamanya adalah fase terbaik hidupmu. Buatnya adalah fase terpuruk. Ternyata rasa manis tak bisa sama dirasa. Baik buatmu, biasa buat orang lain.

Hidup ternyata benar-benar lucu, tiap orang punya penilaian sendiri-sendiri mengenai tiap-tiap emosi. Baik, buruk, menyenangkan, membahagiakan, menyedihkan, semuanya ternyata bernilai relatif. 

Dari pengalaman ini, aku hanya ingin bilang kalau ternyata ketika melakukan sesuatu, menjadi wajar jika ada orang yang tak menyukai kita. Kenapa? Karena tiap orang punya standar masing-masing. Lantas apa yang harus kita lakukan? Berupaya sebaik mungkin sebagaimana yang kita yakini. Karena pada dasarnya, kita memang tak bisa menyenangkan semua orang. Kalaupun kamu punya ekstra waktu, mungkin menjelaskan maksud dan tujuan setiap tingkahmu bisa jadi jalan keluarnya. Itupun kalau kamu memang punya banyak waktu 🤭


Salam,

@a.a.widarta

Minggu, 17 Mei 2020

SUNYI-SEMBUNYI | A. A. Widarta



Apa kabar?

Ada kalanya ingin menghilang sejenak. Menjauhi riuh, menjadikan diam seluruh.
Ada hati dan pikiran yang ingin diistirahatkan, sejenak dari semua kabar.
menghilang sejenak dari ramai. Agar terdengar kata hati yang selama ini samar.
Sebab kadang terlalu berusaha mengerti sekitar. Lupa kalau hati sendiri ingin didengar.
Apa kata hatimu?
Apa keluhnya tentang salahmu? 😊😊😊😊

Selasa, 13 Maret 2018

HEIMAT (a place you can call home)

Heimat
A. A.Widarta



Ada nyaman
Di bawah rindang dedaunan
Di antara jeda tetes hujan

Di sela angin yang membawa awan gelap
Aku merasa sedang didekap
Tenang dan buatku menetap

Ada ketenangan
Di setiap masa
Kala kau tak ada

Aku tak membencimu
Hanya sedikit lelah di dekatmu
Untuk dirimu bernama ramai

Biarkan aku menyepi
Dalam kesendirian
Aku melihat diri sendiri
Tanpa bungkus, tanpa tutup
Aku melihat semua kurangku
Setiap luka yang harus disembuhkan
Tiap noda yang musti kubersihkan
Dan tiap impian yang harusnya tak kulupakan

Palembang, 13 Maret 2018

Senin, 12 Maret 2018

ZEPHYR (A slight breeze)

Zephyr
A. A. Widarta


Pada angin pelan yang membisik dedaunan
Namanya dibisikkan

Layaknya sepoi angin
Yang tak pernah tahu kapan berhembus
Dia datang ketika hati tak siap

Sempat menggetarkan hati lemah ini
Sempat buat angan coba merangkai khayal indah
Sempat pula buat hati membuncah
Sebut namanya dalam do'a

Sayangnya
Tak semua angin membekas lama
Sebab peraduannya entah dimana
Arah tujuannya juga tak tahu kemana

Meski hati berharap dia singgah dan menetap
Tapi apalah daya
Diri ini ada batasnya
Tak tahu tujuan dia kan sampai mana
Bahkan tak tahu jalan pikirannya
Jua hatinya

Dah banyak tempat ia singgahi
Yang bahkan jauh lebih mengenalnya,
Tahu asalnya,
Cukup peka tuk terka isi pikirannya
Bahkan dah mengenal darimana datangnya

Tuhan, maafkanku
Hambamu terlalu naif
Terlalu mudah menduga-duga
Hamba hanya berharap
Engkau jua lah yang menentukan

Palembang, 12 Maret 2018

Instagram @a.a.widarta : https://www.instagram.com/a.a.widarta/

Minggu, 11 Maret 2018

HANYAUKU (to walk on tiptoes across hot sand)

Hanyauku
A. A. Widarta


Pakai pijakanmu nak
Jauh kau kan berjalan
Menghampar pasir gersang
Yang tak dapat kau ukur

Isi penuh wadah airmu
Kau tak pernah tahu
Kapan haus mengganggumu
Kapan oase kan kau temu

Siapkan juga niatmu
Sudah betulkah hingga ke ujung sana
Benarkan dulu
Kokohkanlah dahulu
Sebab kan sia-sia sahaja
Jika akhirnya kau berbelok
Ke arah mula

Janganlah angkuh ketika di sana
Kau tak pernah tahu 
Siapa saja yang Allah tunjuk
Sebagai cara membantumu

Meski kau yakin tujuanmu,
Kuatkan lagi sepanjang langkahmu
Sebab disana
Kau bisa saja tersesat,
Di tengah gurun itu
Kau bahkan tak bisa bedakan
Mana arah yang musti kau pilih

Bawa semua bekalmu
Baik-baiklah kau melangkah
Sebab bekalmu lah yang kan membantumu sampai ujung
Sebab mengeluh selalu ada pada penghujung

Palembang, 11 Maret 2018

Sabtu, 10 Maret 2018

DENDROPHILE (Person who love trees, forest)

Dendrophile
A. A. Widarta



Kau suka dedaunan?
Kau mengagumi nyanyian reranting?
Kau bahkan menikmati aroma pepohonan?
Ajarkan aku

Ya, ajari aku tentang kesenangan yang kau dapati
Pada warna-warna daun
Pada ranting kayu yang berayun
Jua pada aroma pepohonan yang aku pun tak mengerti seperti apa

Sebab aku ingin jauh mengenalmu
Seseorang yang menuntunku
Buka sisi baru
Dunia yang dahulu tak ku tahu
Aku ingin mengenal
Bagaimana alam dapat
Mengajarkan keanggunan dan keindahan padamu

Mudah katamu
"Aku kan ajari semuanya padamu"
Jelasmu kala itu
Tapi temuilah dahulu Tuhanku, Tuhan kau dan aku
Sebab semua kudapati dari-Nya
Alam yang kau sebut indah itu,
Jua diriku yang buatmu
Menggebu ingin mengenalku

Temui Tuhan,
Lalu temui waliku
Barulah kan kuajari kau semuanya
Sebab keindahan tak kan kau dapatkan
Dari sesuatu bernilai haram

Palembang, 10 Maret 2018

Jumat, 09 Maret 2018

LAGOM (Not too much, not to little, just right)

Lagom
A. A. Widarta


Wanita satu itu tak pandai berkata-kata
Mudah sekali aku tersinggung olehnya
Ia juga tak pandai membagi rasa
Sehingga selalu saja aku salah merasa

Wanita satu itu tak pernah ingini
Jika hidupnya kan jadi begini
Ditinggal pergi oleh suami
Wanita satu ini bahkan tak pernah mau bermimpi
Untuk impikan kenyataan kini
Tapi waktu tak berhenti
Hidup harus terus dijalani
Meski kadang ada rasa tak rela hati
Sebab ia tahu, mati tak buat masalah terakhiri

Duhai wanita satu ini,
Engkau wanita pertama yang kutatapi
Engkau manusia pertama yang mengasihi

Bisa saja kau buang aku
Tinggalkan kami semua
Sebab masih muda usiamu
Dan rasanya banyak pria
Ingin singgahi hatimu

Tapi tidak,
Wanita yang satu ini tak begitu
Ia yakin ini suratan
Ia yakin kuasa Tuhan
Ia tahu ada hikmah kejadian

Wanita satu ini terus bertahan
Ia berjuang
Satu pesan yang terus mengiang di ingatan
Jalani saja, sampai mana Tuhan menentukan
Jika jalanmu di sana
Tetaplah jua kan kau dapatkan

Wanita satu ini
Satu saja
Tapi tak bisa digantikan
Meski seribu emas kau dapati
Sebab ia bernilai jutaan hati
Ialah hadiah dari Ar Rahman
Bernama Ibu

Palembang, 9 Maret 2018

Kamis, 08 Maret 2018

ELEGIAC (Sadness because something has no longer exists)

Elegiac
A. A. Widarta


Sajak dan sanjak
Diantara sela embun pagi
Di celah pori dinginnya bata ini
Aku memanggilmu
Duhai hati
yang tak hangat lagi

Dengarlah elegi ini
Terpaksa kubuat pendek
Sebab sedih tak guna lagi
Dengarkan suara ini
Sebab jeritku pun tiada kau menyadari

Habis dadaku
Disesaki oleh kesal tiada tempat
Marah ke siapa pun, ku tiada dapat

Ini bukan salah waktu
Tapi ia punya andil
Padamkan hangatmu
Yang dulu mampu kobar semangat

Duhai hati yang tak hangat lagi
Akankah kau beku lalu mati
Hingga elegi yang ku lantun ini
Berhenti,
Sebab sedihpun ku tak punya lagi

Palembang, 8 Maret 2018

Rabu, 07 Maret 2018

Moonwake (Moon's reflection on the water that seems to follow you as you walk)

Moonwake
A. A. Widarta


Duhai rembulan
Lelahkah mengekorku
Setidaknya berhentilah
Sejenak di mana kau berada
Sebab malam masih panjang
Dan aku tak tahu sampai kapan
Aku bimbangkan pengharapan

Dilangit kau memantau
Di air kau mengekor
Tidakkah kau lelah?
Cukuplah ku saja

Kini kau terjaga bersama, kita
Lihatlah embun mulai hadir
Menyapa kita berdua
Jua sapa hati yang getir
Menerjemahkan makna-makna hari

Duhai rembulan,
Ku pikir kau kan bertahan
Temaniku yang masih jua bimbang
Kau kemana?
Langit masih gelap
Mengapa kau tarik awan jadi selimut?

Tak kah kau ingin temaniku?
Langit masih gelap
Mentari jua belum nampak

Langit memang masih gelap
Tapi bukanlah pekat malam
Sebab pagi telah datang
Diserang mendung
Yang belum tahu kapan berkesudahan
Ucapmu

Palembang, 7 Maret 2018

Selasa, 06 Maret 2018

Minutiae (Small precise details that make one unique)

Minutiae
A. A. Widarta



Dunia berubah
Berwaspada
Mengekor pada pembaharuan
Setiap detik ketakutan
Telah tertinggal seberapa jauh
Hari ini

Kabar menyebar
Bak jamur mengganas
Satu detik saja
Habislah tertinggal

Kita
Berlomba tuk jadi sama
Menjadi apa yang terbaru
Buruk ataukah baiknya tak tahu
Asalkah sesuai, senanglah itu

Setidaknya sejenak
Renungkan diri
Sebab setiap kita ada beda
Lebih dan kurang bermakna
Itu letak seninya

Diri ini bukanlah boneka
Produk manusia
Dipaksakan serupa

Mengapa menghapus bedamu
Jika sesungguhnya itu kurnia untukmu
Berbeda ataupun sama
Tak mengapa
Asal sesuai aturan Tuhan

Palembang, 6 Maret 2018

Senin, 05 Maret 2018

AVAR (layer of fallen leaves on the ground)

avar
A. A. Widarta



Layaknya sepohon kayu
Ketika tiba rasa kasih
Tumbuhlah sehelai daun baru
Tiba hinaan mengempas
Gugurlah dedaunan

Ada masanya kita rimbun
Hijau dan memesona
Tapi ada kalanya
Remuk redam
Meranggas dan hampa

Kita tak sadar
Hijau daun yang baru tumbuh benarlah menarik hati
Tapi helaian dedaunan
Jatuh tak sia-sia
Sungguh ia lah hara hati kita
Kuatkan akar tekad kita
Untuk terus tumbuh dan bertahan seterusnya

Palembang, 5 Maret 2018