Minggu, 18 Desember 2016

All About Steve (2009), Kisah Cinta Cruciverbalist





Sebuah comedy-romance yang menceritakan tentang Mary Horowitz (Sandra Bullock), si Cruciverbalist (pembuat TTS) di Surat kabar lokal Sacramento Heraltz yang hingga di usianya yang dewasa masih belum mempunyai pasangan dan masih menetap di rumah orang tuanya. Awal ide dari keseluruhan isi film ini adalah ketika ia mengikuti kencan buta yang diatur orang tuanya. Siapa sangka, pria yang katanya “Gay” itu sangat tampan (Bradley Cooper). Kencan buta yang mereka lakukan hanya sekali dan sangat singkat. Ya, Steve yang bekerja sebagai Kameramen Reportasi di sebuah Channel berita tak menyukainya. Menurutnya Mary adalah gadis gila yang tidak dapat berhenti bicara.
Setelah dipecat dari surat kabar karena Mary membuat TTS konyol yang semua pertanyaannya adalah mengenai Steve seperti Apa warna mata Steve? Apa Warna Rambutnya, etc, Mary memutuskan untuk selalu berada di samping Steve. Ia merasa bahwa Steve membutuhkannya. Semenjak itu, dimulailah pengejarannya.
Bagian paling penting dalam film ini adalah ketika kru Steve meliput sebuah aksi penyelamatan anak-anak bisu yang terjerembab kedalam lubang bekas lokasi tambang. Mary yang melihat Steve, langsung saja berlari ke arahnya tanpa melihat adanya lubang. Alhasil Mary yang kini terperosok setelah semua korban diselamatkan. Sayang, alat derek untuk menyelamatkan korban sebelumnya tak bisa digunakan untuk menyelamatkan Mary karena ikut terjerembab.
Kenapa bagian ini penting? Ya, karena setelah terperosoknya Mary ke dalam lubang, banyak pihak yang diuntungkan. Pertama, ternyata masih ada satu anak yang tertinggal di dalam lubang. Kedua, kejadian ini menyadarkan Steve tentang perasaannya terhadap Mary. Ketiga, setelah Mary berhasil naik bersama dengan korban dan seorang reporter yang juga masuk ke dalam lubang karena rasa bersalahnya pada Mary, si Reporter dan Channel berita tempat Steve bekerja mendapatkan rating yang bagus. Keempat, Mary kembali bekerja di Surat kabar…
Pelajaran berharga dari film ini yang disampaikan oleh Mary dalam monolognya adalah bahwa in our journey of life, we should found someone as normal as us. Jika tidak, maka itu semua akan sia-sia. Selain itu juga film ini membawa kita pada kesimpulan bahwa jika kita mencintai seseorang, maka biarkanlah ia bebas, bukannya terus mengikutinya kemanapun ia pergi.

Bagi yang penasaran dengan ceritanya, silahkan googling ya. Salam