Jumat, 10 Februari 2017

AFTER THE STORM (2016), tentang sebuah cita - cita



Untuk penggemar film bertema kehidupan atau kita sebut sebagai “Slice of Life”, maka film yang satu ini sebaiknya tidak kalian lewatkan. Film yang rilis tahun 2016 ini merupakan film yang disutradarai oleh Hirokazu Koreeda. Tema cerita yang dipakai dalam film ini adalah tentang impian seorang ayah untuk anak lelakinya.
Cerita di dalam film ini sangat menarik karena berkutat di kehidupan yang sangat umum dikenali. Film ini berkisah tentang seorang detektif paruh waktu, Ryota (Hiroshi Abe) – yang dahulunya pernah menerbitkan sebuah novel dan sempat memenangkan perhargaan 15 tahun yang lalu ­–. Kehidupan yang dijalaninya begitu bermasalah. Setelah perceraiannya dengan sang istri, Kyoko (Yoko Maki), ia hanya dapat bertemu dengan anaknya, Shingo (Taiyo Yoshizawa) setiap satu bulan sekali dengan membayar 100.000 yen setiap pertemuan.
Penyebab perceraian Ryota dan Kyoko sebenarnya bukanlah karena ada pihak ketiga ataupun karena tidak lagi saling cinta, melainkan karena sifat Ryota yang dianggap Kyoko masih belum siap untuk membina keluarga. Sifat buruk Ryota yang suka berjudi adalah salah satu penyebabnya.
Selama bekerja sebagai detektif, tak hanya mengamati kliennya, Ryota pun menyempatkan untuk terus memantau perkembangan sang mantan istri dan anaknya. Hingga akhirnya ia mendapati kenyataan bahwa Kyoko kini telah menjalin hubungan dengan seorang lelaki kaya. Ryota sebenarnya masih ingin kembali bersama lagi (dan nyatanya sang ibu, Yoshiko (Kirin Kiki) dan Shingo juga masih menginginkan agar mereka kembali bersama lagi), tapi nampaknya bagi Kyoko itu adalah hal yang mustahil.
Hingga akhirnya, Ryota merencanakan sesuatu. Pada pertemuannya kali itu dengan sang anak, ia mengajak anaknya untuk menjenguk Nenek Yoshiko. Mungkin rencana ini tampak biasa saja. Namun lain ceritanya jika hari itu cuaca di daerah Nenek Yoshiko diramalkan akan mengalami badai besar.
Benar saja, badai besar membuat Shingo dan Kyoko tak bisa kembali ke kota dan terpaksa menginap di rumah sang nenek. Rencana ini dipakai oleh Ryota untuk menemukan barang kuno peninggalan sang ayah untuk dijual di toko barang antik, untuk menanyakan langsung pada Kyoko perihal pacar barunya dan juga untuk membuat kenangan bersama sang anak.
Ryota sempat bercerita pada Shingo, ketika ia masih kecil, Kakek Shingo dan Ryota pernah menyelinap dari rumah di tengah badai seperti ini dan bermalam di perosotan taman bermain sambil membawa makanan kecil. Kali ini, Ryota ingin membuat kenangan itu bersama Shingo.
Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? Akankah mereka kembali bersama?
film ini memiliki alur maju dengan plot terbuka. Hampir dirasakan sama sekali tak ada kejutan dari awal hingga akhir. Namun entah mengapa, bagi yang mengerti mengenai kerumitan konflik di dalam cerita sederhana ini (yang pernah mengalaminya), film ini meninggalkan kesan manis yang mendalam. Ada begitu banyak pesan yang dapat diambil dari cerita film ini. Tapi ada satu pesan yang bagiku sangat kuat di film ini, bahwa pada dasarnya keinginan terbesar sang anak dari orang tua yang bercerai adalah keutuhan keluarga. Selain itu, film ini juga seolah ingin menyampaikan bahwa, sesulit apapun orang tuamu, seburuk apapun perangai mereka, satu hal yang mereka inginkan adalah terpenuhinya kebutuhan sang anak.
bagi yang ingin ceritanya lebih lengkap, silahkan di tontonnya. Filmnya recommended untuk yang menyukai cerita – cerita ringan sarat isi.

Salam,