Kamis, 14 Desember 2017

Review Buku "To Bee or not To Bee"

Judul               : To Bee or Not to Bee
Penulis           : John Penberthy
Ilustrator       : Laurie Barrows
Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama



Assalamu'alaykum,


Pertama kali melihat buku ini, saya yang sangat menyukai dunia ilustrasi langsung tertarik. Mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Warna kuning menyala dan juga perwajahan halaman depan buku yang menggemaskan dengan tema yang sesuai dengan judul, lebah madu. Tebal buku yang tidak terlalu tebal juga menjadikan buku ini terasa ringan dan dapat dijadikan teman minum kopi di sore hari.
Topik yang diangkat dalam cerita ini sebenarnya bukanlah topik yang jarang, topik ini sangatlah umum. Tapi sudut pandang ceritalah yang menjadikannya benar-benar unik. Bahasa kerennya “Memanusiakan” lebah dengan ditambahi atribut-atribut seperti akal dan pola pikir layaknya manusia.
Bermula dari tokoh utama, Buzz, si lebah yang merasa bosan dengan kehidupan monoton yang dijalaninya, bahkan terasa hampir seperti turun-temurun dari moyang-moyang sebelumnya. Menurut Buzz, ada hal lain yang seharusnya dapat dikerjakan oleh para lebah, selain mengumpulkan nectar untuk pasokan makanan para larva. Karena menurutnya, ada tujuan yang lebih mulia yang Tuhan perintahkan dalam penciptaan para lebah, bukan hanya bekerja.
Konflik yang paling terasa dalam cerita ini adalah bagaimana Buzz harus menghadapi para kawanan lebah yang memiliki pemikiran berbeda dengannya. Bagaimana Buzz, yang terlanjur dianggap gila dan destruktif, dapat tetap menjalani kehidupannya.
Semakin dibaca, semakin kita akan terbawa dalam cerita, seolah-olah kita yang memang sedang mengalaminya. Karena memang pada dasarnya, masalah ini sudah menjadi masalah umum dalam kehidupan kita. Kisahnya sungguh menggelitik namun menyadarkan kita. Membayangkan bagaimana lebah dapat berpikir layaknya manusia menjadi cita rasa tersendiri bagi pengalaman kita sebagai pembaca.
Satu kutipan yang paling aku suka dari buku ini adalah momen ketika Buzz bertemu dengan Bert, Lebah tua yang memiliki pemikiran yang sama dengan Buzz.

… “mereka melakukan apa yang mereka rasa benar, sama seperti dirimu. Cobalah untuk lebih mengerti. Kekuatan pikiran terletak dalam memahami perbedaan; kekuatan hati terletak dalam memahami kemiripan. Kekuatan mana yang kau gunakan?”

Tak sabar rasanya untuk melengkapi koleksi buku karya John Penberthy selanjutnya. Menurut saya pribadi, buku ini mengingatkan saya pada seorang penulis puisi, Ted Hughes. Beberapa karyanya yang pernah say abaca selalu membawakan cerita dari sudut pandang yang tidak biasa, dari seekor ikan, dari seekor macan, dan lain sebagainya. Sungguh metode penulisan yang menarik, sudut pandang yang apik dan selalu saya membuka pintu-pintu kreatifitas yang baru.

Salam,


PS: Buat yang mau request review buku, silahkan tinggalkan komentar ya, insya Allah segera direview ^^