Hai apa kabar para pejuang literasi?
Jika kamu membaca tulisan ini dan tetap membacanya sampai akhir, kemungkinan besar kamu sedang mengalami hal yang sama dengan apa yang sedang aku alami beberapa minggu ini, burnout.
Awalnya aku hanya merasa bahwa sebenarnya aku hanya mengalami writer’s block, tapi entah kenapa rasanya ada yang berbeda dari biasanya. Normalnya, untuk kasusku, istirahat satu hari saja tanpa menulis, aku bisa pulih. Tapi ini tidak, sudah hampir dua minggu dan tetap saja rasanya ada yang aneh.
Apa itu writer’s block dan burnout?
Sebelum membahas perbedaan writer’s block dan burnout, kita harus paham dulu apa arti kedua istilah ini. Secara pengertian, writer’s block merujuk kepada kehilangan ide dan semangat untuk menulis. Dan biasanya hal ini tak menyebabkan kita kehilangan semangat untuk melakukan pekerjaan lain yang menuntut kreatifitas kita. Sementara burnout, berada di fase ujung writer’s block. Bisa diibaratkan seperti sebuah kehilangan semangat kreatif yang kronis. Akibatnya, untuk mengerjakan pekerjaan kreatif lain, rasanya seperti hambar, tak ada semangat sama sekali.
Dan ternyata yang saya alami, lebih menuju kepada burnout.
Bagaimana cara
mengatasi writer’s block dan burnout?
Umumnya, writers block bisa diatasi dengan istirahat atau melakukan hal lain yang memicu kreatifitas otak kita, entah dengan berjalan-jalan, liburan atau menenangkan diri. Tapi lain cerita dengan burnout. Burnout harus ditangani dengan baik sebelum lebih parah dan menjadi depresi.
Salah satu cara mengatasi burnout adalah dengan mengambil jeda dari semua hal yang memaksa kreativitas. Burnout terjadi karena kita kelelahan baik secara mental maupun secara fisik, oleh sebabnya istirahat adalah pilihan yang tepat. Kedua, jika tak bisa benar-benar istirahat karena pekerjaan yang mendesak, cobalah dengan membuat prioritas untuk pekerjaan. Kita harus sadar bahwa tubuh kita juga ada waktunya untuk merasa lelah, maka mengerjakan satu pekerjaan di satu waktu akan membantu kita untuk memanfaatkan energi dengan baik, sehingga tak terlalu terbebani.
Ketiga, jika masih terasa berat, segera cari teman yang bisa dipercaya untuk curhat. Untuk beberapa orang, sekedar bercerita dan berbagi kisah dengan orang dekat bisa menyembuhkan lelah mental dengan baik. Maka jangan sungkan-sungkan untuk mencobanya.
Tetap semangat, mungkin kondisinya saat ini memang lebih mudah membuat kita jenuh bekerja dan kehilangan semangat. Tapi kita tak boleh berhenti semangat, semua pasti ada jalan keluarnya.
Salam,
A. A. Widarta