Kadang kita ini lucu, ya.
Bahagia baru semenit lalu, kemudian lupa pernah bahagia.
Tapi tangisan seminggu, masih saja ingat rasa sakitnya.
Dipikirkan lagi proses sedihnya, diingat lagi kalimat menohoknya.
Keduanya sama bentuk emosi. Tapi kenapa yang sengsarakan hati, lebih mendapat perhatian.
Kalau sedih bisa terus kita bawa-bawa, rasa bahagia dan syukurnya tak bisa?
Kadang ada banyak hal menggembirakan dalam hidup, kita saja yang lebih memilih luka.
Bagaimana menurutmu?
Salam,
A. A. Widarta