PERUMPAMAAN HIDUP YANG SEPERTI KAPAL, KAPAL YANG SEPERTI APA? | A. A. Widarta


Hidup seperti sebuah kapal?

Apa kabar?

Entah dari buku ataupun dari orang-orang tua dulu, pernahkan kalian mendengar perumpamaan ini, "hidup ibarat kapal" ?. Jujur dulu saat kecil, aku setuju dan menerima semuanya begitu saja. Hidup seperti kapal, kita nakhodanya.

Tapi seiring waktu, seiring banyaknya pengalaman baru yang ku temui dalam hidup ini, ada hal yang makin lama makin jelas mengganggu. Jika hidup diibaratkan sebuah kapal, apakah tiap kita dibekali kapal yang sama di garis mula? Kadang rasanya tiap kapal beda lebihnya. Kurangnya juga mungkin berbeda. Kadang bukan hanya hanya tentang menjaganya tetap imbang. Kadang juga tentang tambah dan perbaiki. Lingkungan awal hidup kita, orang tua kita, semuanya mempengaruhi kapal seperti apa yang kita punyai.



Kenyataannya garis start kita tak sama

Kapalmu mungkin tak sama dengan orang lain, dan kenyataannya memang seperti itu. Tapi bukan berarti kesempatanmu juga tak sama. Kadang tak imbang tersibak gelombang kapal lainnya, tapi tetaplah cari garis imbangmu. Jangan karamkan kapalmu, jangan melompat dari kapalmu. Melaju tak perlu buru-buru, asal terus melaju.

Tulisan ini sebelumnya telah dibagikan di akum Instagram pribadiku, beberapa respon mungkin setuju. Tapi ada satu pertanyaan unik yang paling menaruh perhatian. Berikut ini pertanyaannya.


Kenyataannya dalam hidup, tak ada yang melarang kita untuk meminta tolong orang lain. Tapi apakah mungkin bagi kita untuk terus bergantung pada orang lain? Hati manusia itu begitu cepat berubahnya. Yang kita pikir baik, tak menutup kemungkinan berubah buruk. Begitupun sebaliknya. Pilihan terbaik adalah bergantung pada Tuhan dan pada diri sendiri. Mungkin kapal kita tak sebagus orang lain, tapi tak menutup kemungkinan bagi kita untuk terus memperbaiki kapal itu.

Tetaplah bergerak, teman.

Salam,
@a.a.widarta