Buat Webtoon Minim Gambar dan Banyak Tulisan, Emang Laku?







Ada yang tahu dengan Webtoon? Ya, aplikasi baca komik online yang masih populer hingga sekarang dengan jumlah pengunduhan lebih dari 100 juta. Nah, buat yang tahu dengan aplikasi ini, ada yang pernah dengar tidak dengan Webtoon Kanvas?

Sedikit informasi, Webtoon Kanvas merupakan program layanan yang disediakan oleh Line Webtoon sebagai wadah bagi para kreator pemula untuk menerbitkan karyanya secara gratis, dengan tujuan sebagai tempat latihan dan sekaligus mendapatkan pasar untuk karyanya. Dan yang paling penting, layanan ini memberikan kesempatan bagi kreator untuk dilirik oleh pihak webtoon untuk bergabung menjadi kreator originalnya. Tapi Cerita yang ingin saya sampaikan kali ini bukan tentang layanan Webtoon Kanvas itu sendiri, jadi sampai di paragraf ini saja penjelasannya ya. Kalau kamu masih penasaran sama cerita selanjutnya, jangan kemana-mana ya, kita lanjut tanpa ada part-part kok, hehe.


Penasaran Tahap 1: Apakah Gaya Penulisan Puitis di Webtoon ada Pembacanya?

Selalu saja dimulai dari rasa penasaran, sama seperti waktu saya memulai menulis novel online, kali ini saya penasaran dengan aplikasi/ media online satu ini. Seperti yang kita ketahui dari sudut pembaca dan penikmat komik, yang terpenting dari komik sudah jelas adalah dari sisi visualnya, karena ia adalah media bergambar. Tapi selain itu, sama seperti karya lainnya, konsep cerita juga merupakan bagian yang penting dalam pembuatan komik. Lantas muncul pertanyaan di kepala saya saat itu:

"Bagaimana kalau visualnya tak menarik, tapi cerita dan gaya penulisannya yang ditonjolkan?"

Mungkin masa itu masa ketika saya masih menunggu surat izin penelitian untuk gelar S1 saya, yang sebenarnya jauh sekali menyimpang dari cerita ini. mahasiswa semester akhir (sekali) yang harusnya menyelesaikan penelitian di jurusan Teknik Pertambangan, justru kepikiran membuat komik, apalagi tanpa pengetahuan dasar sama sekali tentang komik.

Tapi rasa penasaran mengalahkan saya waktu itu. Setelah bercerita dengan salah seorang teman saya, Mas Febri namanya, saya makin tertantang untuk memberi asupan pada rasa penasaran saya ini. Kamu tahu apa yang dibilang Mas Febri saat itu? dia bilang begini:

"Komik ya harus bagus visualnya. Kalo isinya banyak kata-kata, ya itu namanya cerpen, novel"


Episode Pertama Webtoon Dua (Hujan, Kopi dan Payung)


Setelah pembahasan itu, saya pulang ke rumah dan menangis, lalu saya bakar laptop saya (Eh, tentu saja tidak, notebook adalah satu-satunya media saya mencari kerja waktu itu). Sampai di rumah, saya langsung membuat kerangka singkat untuk cerita komik ini, bermodalkan notebook Asus eee pc Discovery Thin, laptop kesayangan yang tahan banting untuk memakai aplikasi editing video dan gambar tanpa pakai stylus ataupun draw pad. hingga akhirnya di tanggal 22 Januari 2019, saya publish episode satu.

Apa yang saya harapkan di episode 1 ini? Hanya satu, ada yang baca. Karena kalau ada yang baca, berarti saya perlu lanjut ke episode 2. Tapi untungnya ada yang baca, plus ada yang like pula.


Penasaran Tahap 2: Apakah Pembaca Bermasalah dengan Webtoon Minim Gambar?

Setelah berhasil menjawab penasaran pertama, muncul rasa penasaran selanjutnya, kira-kira ada atau tidak komentar negatif di cerita ini. Karena jujur saja, cerita yang baik menurut saya itu harus memancing emosi pembaca. Entah itu suka, kesal atau bahkan benci.

Nah, untuk mencari tahu penasaran itu, saya terus menerbitkan episode baru, ditambah dengan share postingan ke berbagai akun media sosial yang saya punya. Lalu bagaimana hasilnya?


Respon yang diberikan pembaca di Episode 2 Webtoon Dua (Hujan, Kopi dan Payung)


Walaupun komentar yang saya dapatkan sangat beragam, tapi sama sekali tak ada komentar yang terkesan negatif untuk tiap episodenya di kolom komentar di webtoon. Justru uniknya, komentar buruk datang secara langsung ke saya lewat teman-teman saya. Apa kesimpulannya? Nanti kita bahas di akhir.


Penasaran Tahap 3: Kalau Ceritanya Berakhir, Bagaimana Tanggapan Pembaca?

Tiba di Penasaran terakhir saya dari pembuatan webtoon ini, jika ceritanya saya buat berakhir, bagaimana reaksi pembaca? Karena menurut saya, salah satu poin dari menarik atau tidaknya sebuah karya, bisa dilihat dari respon pembaca ketika mereka tidak dapat bertemu lagi dengan karya itu.

Saya putuskan untuk mengakhirinya di episode 18, selain untuk menjawab rasa penasaran saya yang ketiga, episode 18 ini juga tayang di tanggal 17 Maret 2019, tepat ketika saya sudah mulai bimbingan bab 1 dan 2 skripsi dan mulai praktek laboratorium untuk penelitian saya.

Tapi menurutmu, apa kira-kira yang akan disampaikan pembaca di kolom komentar?


Respon yang didapat di episode terakhir Webtoon Dua (Hujan, Kopi dan Payung)


Dari semua komentar yang muncul di episode terakhir ini, ternyata responnya cukup positif dengan karya ini. Kalau kata orang-orang di social media: "sungguh di luar angkasa!"


Kesimpulan

Dari keseluruhan pengalaman saya untuk menjawab rasa penasaran tentang "Webtoon yang minim ilustrasi dan didominasi pakai bahasa puisi", saya mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, kamu tak akan tahu kalau tidak mencoba dulu. Kalau saya patah semangat di awal ketika saya cerita dengan teman saya, mungkin saya tidak akan tahu kalau jenis webtoon seperti ini ternyata ada yang suka.

Kedua, setiap karya ada peminatnya. Selaras dengan kesimpulan pertama, ternyata karya apapun itu, pasti ada peminatnya, sedikit ataupun banyak.

Ketiga, ingat dengan apa yang dikatakan di Penasaran Tahap 2? Kenapa justru teman sendiri yang justru memberi komentar buruk? Kamu bisa menyimpulkannya dalam 2 kategori.

  1. Mereka hanya bercanda
  2. Mereka berbicara berdasarkan pengalaman mereka



Update Jumlah View, Follow dan Rating Webtoon Dua (Hujan, Kopi dan Payung)

Mungkin mereka bercanda, karena sudah dekat dan sering guyon sama kamu. Atau mungkin, mereka pernah menyimpulkan berdasarkan apa yang sudah mereka alami dan lihat lewat pengalaman pribadi mereka.

Jadi, kalau kamu penasaran sama sesuatu (dalam hal positif ya!) dicoba saja, kalaupun hasilnya tak memuaskan, setidaknya bisa menjawab rasa penasaran kamu. Mencoba dan gagal itu sudah biasa, yang tak biasa justru mencoba dan berhasil. Siapa tahu di percobaan kamu nanti, kamu dapat sisi berhasilnya, hehe.

Sampai jumpa di pembahasan selanjutnya.

(/aaw)