Nomonim



Maaf,
Jika diibaratkan makanan
Kau hanyalah nomonim
Wajah, parasmu saja yang berbeda
Lakumu sama
Lekuk manis semyummu tak beda
Aroma tubuhmu jauh beda
Tapi hidungku menangkap hal yang sama
Nyaman dan familiar

Kau, menggantikan ia
Meski masih kurasa samar bayangnya
Kau yang menghampiriku di saat ini
Dia yang kukejar sejak dulu
Dan masih kutelusuri hingga kini

Maaf,
Bukan aku yang tak mau
Tapi sapaanmu adalah dia
Senyummu dia
Suara sepatumu, pelan, jauh, tegas
Adalah dia



Palembang, Juli 2017