Bismillah
Jika ditanya bagaimana saya memutuskan untuk menulis, rasanya ada banyak sekali alasan. Sangat banyak, hehehe. Tapi ada beberapa alasan paling kuat mengapa saya memilih jalur ini. Jalur yang bahkan harusnya kalian semua tahu, tidak mudah, dan sungguh seperti pijakan rapuh, yang sewaktu-waktu bisa saja roboh. Tapi bukankah semua pekerjaan seperti itu? Lalu apa bedanya?
Untuk kalian yang merasa "menulis" adalah sesuatu yang match dengan kalian, maka cobalah untuk menemukan alasan-alasan itu. Mungkin diantara kalian akan berkata "mengapa harus ada alasan untuk menyukai sesuatu, seperti menulis?"
Ya, memang benar seperti itu. Tapi alangkah lebih baik jika kita mempunyai alasan untuk memilih sesuatu, seperti menulis. Kelak, ketika rasanya kalian ingin menyerah untuk mengejar cita-cita sebagai penulis, kalian bisa mengingat lagi alasan mengapa kalian menulis. Sejujurnya, ini ampuh untuk saya.
Alasan pertama mengapa saya menulis dimulai sejak saya belum sekolah. Ibu dan nenek saya bukanlah orang yang bisa membelikan buku cerita bergambar, kemudian memelukku sebelum tidur sambil membacakan dongeng. Tidak! Tapi nenek orang yang bisa mendongeng dengan baik, cerita yang entah dia karang sendiri ataupun cerita turun temurun dari mulut ke mulut. Ini semua kisah tentang seorang anak yang harus menyelamatkan ibunya yang di tawan oleh Raja Angek Garang. Jika kalian pernah membaca cerita ini, kalian bisa membagikan kenangan kalian juga di kolom komentar. Ku rasa, dari cerita-cerita dongeng setiap pemadaman listrik itu, dalam pekat malam yang hanya ditemani temaram lilin, imajinasiku mulai diasah.
Alasan kedua, salah satu hadiah berharga yang paling membekas dalam masa kecilku adalah tabel karton alphabeth. Itu jelaslah menjadi awal aku mengenal bentuk-bentuk indah dari huruf-huruf.
Alasan ketiga, adalah dulu tetangga di depan rumahku suka memberikan buku tebal seperti textbook perkuliahan. Aku ingat buku bersampul hijau lumut itu, dan semua tulisan di dalamnya, dan gambar-gambar dinosaurus. Aku sangat menyukainya. Aku membaca bukan karena menyukai cerita di dalam buku itu, tapi semua keunikan huruf-huruf yang bisa terangkai menjadi kata, lalu kalimat. Hingga akhirnya bisa menjadi satu buku tebal. Bukankah itu indah?
Alasan keempat aku menulis adalah karena tak ada orang yang sepenuhnya akan selalu di sampingku. Akan selalu mendengarkan ceritaku, tentang semua yang baru saja aku tahu dan membuatku takjub. Jujur, dulu saat aku masih terlalu terbatas untuk mengetahui jawaban dari "mengapa?", rasanya memang begitu menyebalkan. Semua orang tak ada yang peduli, semua orang tak menyukaiku. Seperti itu yang aku pikirkan. Tapi sekarang, aku paham bahwa semua orang juga punya kehidupan, dimana mereka adalah pemeran utamanya. Bagaimana mungkin pemeran utama sibuk dengan cerita dari orang lain, bukankah begitu?
Kelima, Jujur aku orang yang sangat sensitif. Aku bahkan 80-90% bisa menebak orang sejak awal perkenalan. Oleh karenanya, aku menganggap sensitifitasku adalah anugerah agar aku bisa menulis dengan menyertakan rasa di dalamnya.
Keenam, Aku menyukai kepribadian manusia. Manusia diciptakan dengan beragam keunikan, itulah yang membuatku ingin mempelajarinya. Dan menulis membuatku bisa memahami sifat-sifat seperti itu.
Ketujuh, menulis terkadang menjadi jalan Allah untuk memberiku jawaban atas banyak sekali hal yang ingin aku temukan alasannya.
Dan masih banyak lagi alasannya. Tapi tujuh alasan di atas adalah yang paling kuat hingga saat ini. Selepas membaca tulisan ini, cobalah untuk mengambil kertas dan pena, atau buka notes di ponsen kalian. Coba ingat-ingat lagi alasan mengapa kalian menulis...
(Atau mungkin bisa di tulis di kolom komentar, hehehe...)
Salam,
@a.a.widarta