DALAM SATU KALIMAT: APA ARTI SEBENARNYA HIDUP BAGIMU? | A. A. Widarta




Bagaimana kabarmu?

Setiap hari kita diminta untuk menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Tapi pernahkah kamu berfikir, sebenarnya hidup yang baik itu, hidup yang seperti apa? Apakah dengan menjadi pebisnis hebat yang dapat makan pagi dan malam di negara yang berbeda? Apakah dengan mengabdikan diri menjadi pengajar di pedalaman, namun tak digaji dengan semestinya?


Apa sebenarnya yang dikejar dalam hidupmu?

Lulus dari jurusan Teknik Pertambangan dan saat ini menjadi seseorang yang bahkan bisa dikatakan orang banyak "belum mapan", padahal kalau harus membandingkan dengan beberapa orang teman yang sukses, aku jelas jauh tertinggal. Ada yang sudah menjadi senior engineer di tambang ini, ada yang sudah menjadi kepala teknik tambang di tambang itu, padahal kalau dipikir gelar kita sama saja. Jika membandingkan dengan orang lain, hidupku jelas dikatakan gagal. Tapi apakah hidup benar-benar gagal ketika kita tak bisa sama dengan orang lain? Jawabannya tidak.

Tiap orang punya tujuan sendiri-sendiri. Sejak awal kuliah, aku sudah paham bahwa jalanku bukan di dunia pertambangan. Tujuanku ingin mengubah nasibku dan keluarga, dan artinya, bukan hanya menjadi ahli pertambangan jalan satu-satunya yang bisa aku ambil.


Inti dari kehidupan

Seseorang pernah berkata bahwa inti dari kehidupan adalah untuk berupaya memiliki kehidupan yang paling memuaskan, produktif, dan bermanfaat. Hidup adalah sebuah anugerah. Tidak ada yang tahu berapa lama mereka akan hidup. Saat ini adalah semua yang kami jamin. Mengetahui hal itu, masuk akal bagi saya untuk mencoba memanfaatkan setiap hari. Bagaimana Anda menggunakan waktu yang Anda miliki saat berada di Bumi akan menentukan seberapa banyak Anda keluar dari kehidupan. Anda keluar dari kehidupan apa yang Anda masukkan ke dalamnya. Semakin banyak Anda memasukkannya, semakin banyak Anda keluar darinya!

Tapi pada akhirnya akan kembali lagi kepadamu, memuaskan seperti apa? produktif yang bagaimana? dan Bermanfaat untuk siapa?

Tak ada jawaban mutlak atas pertanyaan ini, menurutku. Bagaimanapun, manusia tetap memiliki pemikirannya sendiri, berjalan dengan pilihannya sendiri dan harus berani menanggung konsekuensinya sendiri.


Belajar untuk fleksibel

Bagiku, hidup adalah menjadi seorang yang fleksibel. Kau tak akan pernah tahu bagaimana hidup membelokkan kemudimu, mengarahkanmu ke rute lain yang bahkan tak ada di dalam rencanamu.

Aku mengalaminya ketika masuk ke perguruan tinggi. Hal yang berat untukku keluar dari kampus ketika telah berjalan 2 semester. Pertama karena omongan tetangga yang dari awal sudah berkata bahwa aku tak akan menyelesaikan studiku karena kondisi finansial keluargaku, dan yang kedua adalah karena aku belum tahu langkah apa yang aku bisa lakukan ketika aku keluar dari kampus.

Banyak hal dilakukan agar dapat menghasilkan pundi-pundi uang, menjadi freelance illustrator dan graphic designer, menjual produk online, membangun akun media sosial, semua dilakukan untuk tujuan bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, bahkan aku sempat melamar kerja di perusahaan tambang (namun harus terhenti di tahap ke berapa tes karena kakak dari ayahku menentang habis-habisan). Bahkan setelah lulus kuliah, aku justru di terima di sebuah agensi untuk posisi Business Development & Social Media Specialist, sangat jauh dari gelar sarjanaku. 

Percayalah, hidup tak akan pernah 100% sesuai dengan apa yang kau rencanakan. Jurusan kuliah tak serta merta menentukan pekerjaan apa yang sesuai denganmu. Kenyataan bahwa dunia itu keras dan kejam, kadang bisa dibenarkan, apalagi untuk orang-orang yang tak mau menjadi liat dan memilih terus menjadi batu yang keras.

Menjadi idealis bukanlah sebuah kesalahan. Tapi kenyataannya, seorang idealist yang sukses adalah mereka yang berada di lingkungan yang tepat. Kalau mengutip kata-kata dari tetanggaku dulu "Sudah miskin, susah, jangan sombong". Panas ya kalau didengar di telinga, tapi kalau ditanggapi dengan benar, hinaan bisa tetap jadi motivasi untuk kita menjadi lebih baik.


Intinya,

Pada akhirnya, makna sebenarnya hidupmu kau sendiri yang tahu. Hidup ideal seperti apa yang sedang kau upayakan. Seseorang mungkin bisa berkata bahwa hidup terbaik adalah dengan menjadi seorang ahli di bidang yang kau cintai, atau justru hanya dengan menjalani sisa umur dengan sebaik-baiknya. 
Tapi satu hal yang perlu kau ingat, selagi masih bisa bangun, selagi masih ada kesempatan umur, jadilah versi terbaik dari dirimu. Jangan akhiri hidupmu sendiri, karena tiap orang bernilai, tiap kehidupan bernilai, tiap nyawa sungguh berarti.

Tetaplah hidup!


Note:
Dukung blog ini dengan cara share ataupun follow akun instagram penulis 👉 @a.a.widarta

Salam, 
A. A. Widarta