Dulu ada adik tingkat yang tertawa waktu saya tulis "terima kasih pada diri sendiri, kamu sudah sampai di sini!".
Saya, waktu dia tertawa juga enggak paham sama maksud tertawanya. Sebab letak lucunya dimana, saya tak tahu. Saya berterima kasih, karena dulu pernah sampai pasrah gak tahu mau lakuin apa lagi. Pingin cerita, tapi gak tahu ke siapa. Nyoba ini, itu, tapi masih sama saja. Rasanya seperti kehilangan "garis finish" itu sendiri.
Pernah kepikiran yang aneh-aneh, juga iya. Pernah merasa malu sekali, sampai menatap orang juga enggak bisa lagi. Sampai menghindari area ramai transportasi umum, juga pernah. Tapi enggak ada pilihan lain waktu itu selain "Jalani saja! Endingnya lihat nanti saja". Sepasrah itu.
Ketika tiba akhirnya sampai ke ujung yang saya pikir gak bakal pernah ada itu, mau bilang terima kasih ke siapa? Ke Tuhan, sudah pasti. Orang tua, pasti. Keluarga, semua yang berhubungan dengan pencapaian itu, bahkan buku-buku self help juga.
Tapi ada satu yang perlu diucapin terima kasih lagi, diri sendiri.
Semua isi kepala sama hati yang kita rasakan itu, enggak semuanya bisa diceritakan. Kalaupun bisa, tetap tak sama persis. Hanya Tuhan dan diri sendiri yang paham detilnya.
Saat kita di "masa sakit" itu, jangan bingung kalau banyak orang pergi. Banyak yang menampakkan wajah asli mereka. Setuju sih, dengan ungkapan "Bahkan di kegelapan, bayangan sendiri pun meninggalkan". Yang tersisa siapa? Tuhan dan diri kita sendiri.
Jadi kalau mau bilang terima kasih ke diri sendiri, enggak masalah kok, bilang saja.
Mereka yang tertawa, mungkin tak pernah berada di posisi harus berjuang sendirian seperti itu.
.
Support akun instagram saya @a.a.widarta ini dengan cara komen, like, share dan save ya, hehe...
.