Bagaimana kabarmu?
Bagaimana harinya? Masih sehat kondisi mentalnya?
Apalagi dengan semua kalimat-kalimat sumbang dari sekian banyak orang yang hanya sebatas melihat luarnya perjuangan kita. Tetap kuat ya, mungkin memang telinga satu-satunya indera yang sulit tuk dihentikan. Walau telinga ditutup, suara masih saja menembus sumbatannya.
Mungkin perumpamaan diri kita itu ibarat kayu lurus, dan kata-kata orang lain itu ibarat bayangannya. Kadang meskipun kita lurus, ada saja yang membelokkannya. Yang jelas lurus saja masih bisa dibengkokkan. Apalagi yang telah bengkok, mungkin jadi benar-benar tak beraturan. Dan bagian yang paling mengesalkan adalah terkadang kayu yang bengkok, justru terlihat lurus pada bayangannya. Hehe.
Pertanyaannya Satu, Jika Seandainya...
Tapi bukan itu fokusnya. Kita kembali ke topik awal, tentang menjadi benar tapi tetap disalahkan. Boleh aku bertanya seperti ini: Jika sisi dunia yang kau lihat adalah yang buruk, apakah jawabannya adalah ikut arus?
Dunia saat ini rasanya aneh, yang jujur akui ingin menyerah, justru dianggap payah. Yang berusaha kuat, katanya sok hebat. Sesekali mungkin lebih baik tutup telinga rapat-rapat. Yang membencimu tak akan pernah mau melihat sisi baik mu. Jadilah lurus, tanpa harus menatapi bentuk bayanganmu sendiri.
Tapi terserah padamu ya, yang memilih itu kamu sendiri, resikonya juga harusnya ditanggung sendiri, hehe. Yang pasti, tetap support blog ini ya, penulisnya kadang suka malas update memang, tapi kalau banyak yang menanti tulisan selanjutnya, mungkin penulisnya bisa semangat haha.
Salam,
@a.a.widarta