Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan

Rabu, 12 Juli 2017

Destinesia



Ku berlari jauh
Mengejar bintang
Kutandai dari jauh
Kuukir di hati
Jelas dan terang
Bahkan segenggam cahaya
Yang sampai di mataku
Saat itu
Kutabur rata di muka goresannya

Dadaku hendak membuncah
Tiap kulihat ia masih jauh
Aku ingin menemuinya
Menggapai, menyentuhnya

Hingga tiba dimana masa
Aku di hadapannya
Bintang yang telah lama kudamba

Aku sadar satu hal,
Obsesiku menghapus alasanku
Tekadku terbangkan tujuanku
Ia tak seindah  cahaya kecil
Kupandang di langit gelap nan luas
Dari dekat,
Hanya sekedar benda bercahaya
Melupakan semua alasan ku mengejarnya
Biasa
Sebuah destinesia

Palembang,  Juli 2017

Kamis, 06 Juli 2017

Menanti Kemenangan


Entah mengapa
Seolah tongkat ajaibku telah patah
Mantera dahsyat itu telah basi
Hingga tak kutemui titik temu

Disini aku menunggu
Teronggok di stasiun yang mulai sepi
Aku saksi hidup yang terpaksa bisu
Remuk redam di dalam
Satu persatu berdiri dari kursi tunggu
Tersenyum dan bertepuk tangan semangat
Kala pintu besi terbuka
Kemenangan atas nama mereka tiba

Satu-satu lenyap
Kursi tunggu makin senyap
Raut wajah pucat pasi di sekitarku
Juga padaku

Akankah kemenangan
Menemukan stasiun yang tepat
Akankah aku menang
Akankah tiba giliranku
Akankah aku bertepuk tangan, bersorak riang
Kala kemenanganku datang

Palembang,  Juli 2017

Rabu, 05 Juli 2017

Nomonim



Maaf,
Jika diibaratkan makanan
Kau hanyalah nomonim
Wajah, parasmu saja yang berbeda
Lakumu sama
Lekuk manis semyummu tak beda
Aroma tubuhmu jauh beda
Tapi hidungku menangkap hal yang sama
Nyaman dan familiar

Kau, menggantikan ia
Meski masih kurasa samar bayangnya
Kau yang menghampiriku di saat ini
Dia yang kukejar sejak dulu
Dan masih kutelusuri hingga kini

Maaf,
Bukan aku yang tak mau
Tapi sapaanmu adalah dia
Senyummu dia
Suara sepatumu, pelan, jauh, tegas
Adalah dia



Palembang, Juli 2017

Jumat, 30 Juni 2017

Aku Tak Di Rumah



Tak di rumah
Kala ia mengetuk pintu
Aku berharap tak dirumah
Agar ia lelah dan pergi menjauh

Tak bersuara
Kala sakit curi intip
Lewat sela-sela sempit
Kain jendela terbuka sedikit

Sungguh berharap tak ada
Saat ini,
Aku berharap di tempat lain
Di negeri lain
Aku tak menghindar
             Hanya tak mau melebar luka

             Palembang, Juni 2017

Rabu, 28 Juni 2017

Mimpi Layaknya Cahaya Matahari



Mimpi layaknya cahaya mentari
Menyeruak, memberontak
Menembus celah-celah, berlari
Menerobos daun dan ranting tegak
Tajam, menyilaukan mata pendengki
Menghangatkan hari-hari pemimpi

Berdirilah atau sekedar duduk saja
Nikmati ia, ketika masih memuncak kobarannya
Karena,
Akan tiba saat ia kehilangan arah, melemah
Bahkan hilang entah berapa lama
Dingin dan malam melahapnya
Parau kicau gagak tertawa
Dan anjing-anjing malam bersahut bahagia

Jangan kau ikut mereka yang lalai
Termakan nyanyian malam, membuai
Bangun dan hangatkan lagi cahayanya
Singkirkan awan gelap menutup pancarnya
Karena masih ada kesempatan tuk meraihnya
Kala semangat berpadu, hangat terkumpul
Pagi kembali muncul
Cahaya itu,
Perlahan akan kembali menemukan semangatnya

Menerobos kebisingan pencela


Palembang, Juni 2017

Sabtu, 15 April 2017

NASIHAT TENTANG SAHABAT




Jangan kau genggam semua pasir
Kau tak tahu kan dapat apa
Jangan kau petik semua mawar
Indah sesaat sahaja

Belum kau tahu hati sekarat
Mati kerana kasih memikat
Butakanmu dari nyata perih dunia
Ia tak terluka
Tapi busuk dalamnya

Ini bukanlah cinta
Yang melengkungkan janur kuning
Ini tentang kasih
Sahabat hidupmu

Daun - daun indah
yang kau lihat
Suatu saat pergi
Jatuh, Mati

Karena kisah sahabat sejati
Bukanlah kisah tentang manusia


Palembang, April 2017

Jumat, 14 April 2017

PANGGILAN TEMAN LAMA




Matahari tergelincir
Dari singgasana tinggi
Panas yang garang, riuh berkejaran
Hingga terlewatkan satu kesempatan

Satu kali terlewat
Kedua, tak kudapat

Bukan mauku tak indahkan
Panggilan teman lama
Entah sudah berapa lama
Suaramu pun aku t'lah lupa

Kali ini,
Kala waktu datang lagi
Kudapat dengar suaramu
Berat tak seperti dulu

Sayang
Salah Sasaran kudapatkan
Teman
Tak ada yang berubah
Tapi kaupun lupa

Duhai teman,
Salah kira
Anggapku sahabat baik
Bahkan tak kau ingat walau setitik


Palembang, April 2017

Minggu, 09 April 2017

BANGAU PUTIH TEPI DANAU



Dua bangau putih
Berlabuh di tepi danau
Biru, langit kelabu
Udara basah berbumbu

Di depan mataku
Kosong

Aku menerawang
Berpegang pada sayapnya
Bangau bangau yang riang

Gelak tawa
Pecahkan sunyi
Pepohonan tua
Usik penghuni malam
Terlelap kehangatan

Sementara aku membisu
Hatiku mati beku
Air telaga terlalu dingin
Patahkan semua ingin


Palembang, April 2017

Jumat, 07 April 2017

SEGELAS AIR MALAM INI



Segelas air
Tenangkan peluh yang bergulir
Juga darah cepat mengalir

Mimpi menakutkan
Bulan, ledakkan
Akhir, kematian, kebinasaan

Kuteguk lagi
Satu - dua kali
Kutertegun akan mimpi
Takut ini nyata terjadi

Aku imani ini kan terjadi
Karena hidup tak abadi
Yang kutakuti saat ini
Ialah, ketika ini terjadi
Tak ada bekal dalam diri
Bekal baik modal mati

Palembang, April 2017

Rabu, 05 April 2017

KOPI DAN DAUN MATI



Segelas kopi hitam
Temani dalam diam
Di atas meja kayu legam
Dalam sajak Kerinduan malam

Uapnya putih
Hilang lenyap ditelan sunyi
Tahu, malam letih
Jangan usik dengan janji

Daun - daun mati
Gugur tanpa paksa
Lepas dari harap dan asa
Dari hidup penuh tanya

Aku jadi saksi
Sehelai daun jatuh
Kotori kopi ini
Ah, baru sejenak aku seduh
Tak dapat diminum lagi

Ah,
Bahkan menikmati kopi pun
Harus ku tunda malam ini


Palembang, April 2017

Sabtu, 01 April 2017

AKU INGIN MENEMUIMU




Aku ingin menemuimu
Mengingat canda kita dahulu
Kala langit masih biru
Anginpun masih segar berbau

Aku ingin menemuimu
Yang bercerita tanpa ragu
Tentang keluh kesah masalah itu
Di bawah teduh dhuha-mu

Aku ingin menemuimu
Yang pangilku, nama tengahku
di sela sela waktu
di antara deret rapi buku berdebu

Aku ingin menemuimu
Masa lalu - masa laluku
Kini aku rindu

Aku ingin bertemu
Satu satu


Palembang, April 2017

IBU, ANAKMU LELAH



Menatap diriku
Tegun bisu
lihat langit 
ia memekat

Suara berseru 
Menderu padaku 
Membanting-banting 
Tepat di dinding 
Roboh, runtuh 
Hatiku debu 

 Kutatap lagi 
Dalam sunyi 
Tatap angin 
Tiada bergeming 

 Ibu, anakmu lelah 
Ujarku Pasrah 
 Masuklah ke rumah baru 
Atapmu rapuh wahai anakku
Usah tatap angin tak bergeming 
Usah kau masalahkan langit memekat 

Betulkan atapmu 
Kokohkan dindingmu


Palembang, April 2017

Sabtu, 18 Maret 2017

WAKTU



Hilang
Ada yang hilang
Kesunyian tanpa seorang
Kesepian terngiang
Detik berlarian
Menjemukan

Terdiamku terdampar
Terpapar nyata layunya mekar
Waktu berbelah
Indah, kan indah
Yang indah terukir telah

Kini hanya bingkai kisah

Minggu, 12 Maret 2017

TERUNTUKMU




menatapku dari jauh
ragu mendekati
maju, tersenyum dan mulai bercerita
tentang keluh kesahmu pada mereka
sumi, debi, marni atau apalah
tentang nyeri di pundakmu
tentang letihmu di usia senja
atau kehilangan sepanjang waktumu

untukmu nenek
ibuku yang kedua
maafkan egoku
kadang risih dengan ceritamu
yang semu dan jua jemu

engkau terkadang sepi
bosan dengan keheningan
berharap sekedar cerita ringan
cara habisi waktu
obat lelah di senja sunyi

Sabtu, 11 Maret 2017

CEMBURU



aku cemburu kala tua
pada waktu, meninggalkanku
padda kepolosan, melupakanku

aku kini cemburu
kala semua
ku kira milikku dulu
bukan lagi di genggaman

aku cemburu
karena kni kutahu
semua pemberian, semua kenikmatan
hanya pinjaman

Sabtu, 11 Februari 2017

MATI




Masa sunyi
Kursi merah persegi, 
kududuki
Tangan menari memeluk pena
Diatas kanvas bergaris-garis

Rasa sepi
Di pojok kamar
Tersentuh sinaran pagi

Keresahan tak terjawab
Hari yang sama
Waktu terhenti

Atau akalku yang telah mati

Sabtu, 04 Februari 2017

Aku, Masa Lalu



Aku coretan usang di kisahnya
Lembar lama telah tenggelam
Kertas baru di tangannya
Bersanding dekap dengan sang tinta
Tinta basah yang siap mengukir kisahnya

Aku sudut kelam sejarahnya
Yang sempat menyayat hatinya
Yang kini terkubur sawang sejarah
Sejarah baru yang lebih baru
Sejarah baru yang lebih menderu

Aku musik klasik kesukaannya
Pernah menghangatkan senyum dinginnya
Pernah menghapus air matanya

Aku, masa lalu



Palembang, 2017

Sabtu, 28 Januari 2017

Kasih Kala Hujan



Ku merindu pada hujan
Yang datang kala kesepian
Deru angin kala ku terlelap

Aku merasakan kehangatan kasih
Kala rintik berguliran
Pada malam yang berlirih
Pada nada-nada, sunyi terpecah

Aku mendapatkan kenyataan
Kala aku telah terbangun
Setelah lelah hujan mendendam
Kala fajar menyapu tenteram
Malam



Palembang, 2017

Sabtu, 21 Januari 2017

Telaga Kehidupanku




Tertangkup dua belah tanganku
Merapat semua jemariku
Bersimpuh aku nyaris tertelungkup
Tuk ambil air telaga
Kehidupanku

Kupikir telah jernih,
Yang kuambil
Kupikir telah bersih,
Apa yang kumiliki kini
Ternyata Berpasir dan noda

Palembang, 2016

Sabtu, 14 Januari 2017

Mana Air Mana Kotoran




Aku melihat sorot mata yang asing
Dari seorang yang tak asing
Tersenyum pun sudah hambar
Kualami ini kala terkapar

Tatap manis rupanya hanya laku
Laku lakon para penipu
Kini tika ku terbujur kaku
Tinggal-lah layu
Menjadi debu

Siapa sangka
Kering kerongkongan ini
Jalan Tuhan tuk tunjukkan
Mana air mana kotoran

Palembang, 2016